Penelitian Baru Sindrom Kematian Mendadak Bayi: Ada Infeksi Virus pada Otak
Nath mengatakan, otopsi biasanya melihat bentuk dan detail mikroskopis dari struktur sel. Ahli patologi juga terkadang menguji patogen tertentu dalam sampel jaringan, namun penelitian tersebut mencari virus dan bakteri yang diketahui.
"Jenis penyaringan yang digunakan dalam penelitian ini memungkinkan para peneliti memburu patogen tanpa pandang bulu, ini memberikan analisis yang tidak membedakan,” kata dia.
Pemeriksaan itu menunjukkan ada HPeV3 pada sampel cairan, jaringan hati, dan beberapa bagian otak seorang anak, seperti batang otak.
HPeV3 bisa menyebabkan infeksi pernafasan dan pencernaan yang cukup ringan, namun dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan peradangan otak, atau ensefalitis.
"Tidak ada patogen spesifik yang ditandai pada lima sampel anak lainnya. Hal ini mungkin terjadi karena konsentrasi patogen terlalu rendah, atau bakteri tersebut memicu peradangan yang bisa dideteksi tetapi hilang pada saat kematiannya," kata Nath.
Alternatifnya, karena skrining mencari materi genetik, materi genetik patogen mungkin terdegradasi. Namun protein yang dihasilkannya tetap bertahan dan memicu peradangan.
Para peneliti memeriksa aktivitas gen di batang otak anak yang positif HPeV3 dan beberapa kasus SIDS tanpa tanda-tanda peradangan saraf. Analisis ini mengungkap perbedaan nyata pada anak yang positif HPeV3. Gen yang terkena dampak itu diaktifkan oleh molekul pemberi sinyal kekebalan, serta gen yang terlibat dalam pematangan sel otak.
Karena batang otak membantu mengontrol fungsi tubuh yang tidak disengaja dan menopang kehidupan seperti bernapas, para peneliti berhipotesis bahwa infeksi dan disfungsi pada batang otak berkontribusi terhadap SIDS pada anak. Bayi tersebut menjadi rewel dan mengalami demam sesaat sebelum kematiannya, namun tidak ada patogen spesifik yang terlibat pada saat itu.
Namun, dalam kasus seperti itu, ilmuwan mengaku sangat sulit mengetahui apakah anak tersebut meninggal karena infeksi virus atau tidak. "Dan pada titik ini, kita tidak tahu apakah virus ini mungkin terlibat dalam lebih banyak kasus SIDS,” kata rekan penulis penelitian, Robin Haynes yang juga senior di bidang patologi Harvard Medical School.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk memahami jalur masuk virus dan dampaknya terhadap otak. Kemudian, mencari tahu apakah patogen lain bisa menyebabkan perubahan serupa pada batang otak. "Dalam penyelidikan SIDS ke depan, harus lebih banyak ahli patologi yang mencari tanda-tanda peradangan otak dan infeksi sebagai faktor potensial," tulis Nath.
Penelitian selanjutnya harus memperkuat data yang menghubungkan infeksi, peradangan saraf, dan kelainan batang otak sedemikian rupa pada anak kasus SIDS. Tujuannya, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang mekanisme yang mendasari faktor risiko SIDS yang diketahui. "Termasuk penyakit ringan sebelum kematian,” kata Haynes. Sumber: Live Science