Home > News

Pemeriksaan Kesehatan Calon Pengantin Bisa Mencegah Anak Stunting

Capaian indikator Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan hanya sebesar 39,7 persen dari target 80 persen.
Ilustrasi. Keluarga. Gambar: Republika
Ilustrasi. Keluarga. Gambar: Republika

DIAGNOSA -- Menurut data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan masih jauh dari target. Hal ini menjadi perhatian penting karena pemeriksaan kesehatan pada calon pengantin (catin) merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam mencegah terjadinya stunting baru.

“Berdasarkan hasil evaluasi tahun 2023, capaian indikator Cakupan calon Pasangan Usia Subur (PUS) yang memperoleh pemeriksaan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan nikah hanya sebesar 39,7% dari target 80%,” ungkap, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Nopian Andusti, beberapa waktu, pada kegiatan Tim Pendamping Keluarga yang Handal, berEmpati, dan bersahaBAT (TPK Hebat) Seri I Tahun 2024.

“Keberhasilan dalam pendampingan calon pengantin atau calon pasangan usia subur sangat penting dalam menurunkan angka stunting. Untuk dapat menurunkan angka stunting dilakukan dengan mencegah munculnya kasus stunting dan hal ini dimulai sejak masa pra-konsepsi atau dimulai sejak tiga bulan sebelum menikah,” tambahnya.

Ia mengungkapkan waktu tiga bulan dianggap bisa memperbaiki kondisi calon ibu untuk menjalani kehamilan yang sehat dan melahirkan anak yang sehat pula yang bebas dari risiko stunting.

Sementara Ahli Gizi dari Rumah Sakit Akademik Universitas Gajah Mada, Ancelma Rayi Sari Pranasti, S.Gz, RD,mengungkapkan hal yang sama bahwa mata rantai stunting harus diputus dengan memperhatikan asupan gizi sejak masa remaja.

“Apabila remaja kurang gizi dan anemia yang nantinya menjadi seorang ibu, maka berisiko mengalami kurang gizi dan anemia dan berpotensi melahirkan anak yang kurang gizi dan anemia juga. Siklus kehidupan ini menjadi lingkaran setan yang terus-menerus terjadi," papar Ancelma.

Ia melanjutkan, "Kenapa edukasi gizi dan pendampingan keluarga dimulai dari catin? Karena kita berusaha memutus mata rantai saat mereka menjadi catin, supaya remaja yang kurang gizi dan anemia tidak menghasilkan anak stunting,” jelasnya.

Ancelma juga memberikan tips kepada TPK agar catin dapat mengonsumsi makanan yang bervariasi sesuai panduan Isi Piringku Kementerian Kesehatan dalam upaya pemenuhan kebutuhan gizi makro dan mikro serta gizi seimbang.

“Bervariasi misalnya jangan beberapa kali makan hanya bayam saja, lauk telur terus. Paling gampang mengetahui asupan cukup biasanya satu hari paling tidak mengonsumsi tigq macam warna yang berbeda, misal sayuran hijau dan orange (bayam dan wortel), kemudian buah yang warna kuning seperti pisang, lalapan merah tomat. Jadi, biasanya buah dan sayur berbeda warna ini kandungan nutrisinya berbeda-beda. Jadi, bisa saling melengkapi,” ungkap Ancelma.

× Image