Kadaker, Lansia, dan Petuah Dua Kiai
DIAGNOSA -- Huzairim Sopli Zainal (70 tahun) duduk sendirian di atas kursi roda yang ada di depan posko sektor khusus Masjidil Haram terminal Syib Amr, Makkah. Matanya memandang orang-orang yang ada di sekelilingnya. Sesekali ia terlihat berbincang dengan petugas.
Menurut petugas, pria asal Ogan Komering Ilir, Palembang, Sumatera Selatan ini merasa dirinya belum melaksanakan tawaf dan sai. “Padahal tadi dia sudah melaksanakan,” kata seorang petugas ini.
Kepada petugas, Huzairim ngotot agar dirinya diumrahkan lagi. Petugas lantas melaporkan masalah ini kepada Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Khalilurrahman yang kebetulan melakukan peninjauan di sektor khusus itu, Sabtu, 24/5/2024 sore. Setelah ditanya sana-sini, Huzairim mengatakan hal yang sama seperti yang disebutkan kepada petugas sebelumnya.
“Bapak tadi sudah niat umrah dan sudah melaksanakan tawaf dan sai menggunakan jasa pendorong kursi. Itu bapak sudah umrah,” kata Khalilurrahman menjelaskan.
Namun Huzairim ngotot tetap merasa belum melaksanakannya karena petugas pendorong tidak bilang kepadanya. “Tapi bapak tadi sudah mengelilingi Ka’bah dan sai kan? Itu bapak sudah umrah. Mereka yang memakai kursi roda memang tidak di bawah tapi di atas? Benar enggak?” tanya Khalil.
“Iya saya tadi melihat tapi saya tidak diberi tahu sama pendorong itu,” jawab Huzairim.
Saat Khalil menjelaskan kembali, dua orang petugas pembimbing Haji KH. Abdul Muqsit dan KH Syarif Abubakar ikut nimbrung. “Bapak, ini ada dua kiai. Beliau ini jadi pembimbing haji kita,” papar Khalil kepada Huzairim.
“Kalau tadi bapak sudah niat umrah dan sudah dibawa muterin Ka'bah lalu didorong lewat jalan panjang (sai) itu sudah sah, Pak,” ujar Kiai Syarif.
Kalau anak bapak belum tiba, kata Syarif, itu karena anak bapak tawafnya di bawah yang padat. “Kalau bapak kan di atas jadi sampai duluan,” ujar dia.
Kiai Muqsit menimpali, “Bapak sudah umrah. Bapak itu pakai jalur khusus. Nanti ke surganya juga pakai jalur khusus, tanpa dihisab.” Huzairim tersenyum mendengar penjelasan itu. Kali ini Huzairim yakin kalau dirinya sudah melaksanakan umrah wajib.
Karena sudah tak ngeyel lagi, Khalil meminta Huzairim menunggu rombongannya. “Terima kasih penjelasannya. Saya mau tunggu anak saya,” kata dia.
Anaknya? Ya, Huzairim memang ke Makkah bersama anaknya. Lalu anaknya menyewakan jasa kursi pendorong untuk bapaknya.