Pentingnya Pencegahan Hepatitis
DIAGNOSA -- Hepatitis adalah penyakit peradangan atau pembengkakan pada organ hati. Penyakit ini membahayakan, karena selain menular, hepatitis juga dapat menyebabkan gangguan pada organ tubuh lainnya, terutama yang berkaitan dengan metabolisme tubuh. Hal ini karena organ hati memainkan peranan penting dalam proses metabolisme, seperti memproduksi empedu, menetralisir racun, mengaktifkan enzim, mengurai zat, dan lain sebagainya.
Pada awalnya, hepatitis tidak menunjukkan gejala hingga terjadi kerusakan pada tubuh yang mempengaruhi fungsi hati. Adapun gejala-gejala yang pertama kali dirasakan oleh penderita hepatitis adalah
1. Mual dan muntah.
2. Gejala seperti flu.
3. Warna urin berubah menjadi gelap.
4. Feses atau tinja berwarna pucat.
5. Mata dan kulit berubah kekuningan.
6. Nyeri pada bagian perut.
7. Hilang nafsu makan.
8. Penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan.
Penyebab Hepatitis
Secara umum ada 2 jenis hepatitis, yaitu hepatitis akut dan kronis. Hepatitis akut bisa terjadi secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat, maksimal 6 bulan. Sedangkan, hepatitis kronis berkembang secara perlahan dalam jangka waktu panjang, lebih dari 6 bulan.
Namun, keduanya bisa terjadi karena infeksi virus maupun bukan infeksi virus, seperti kebiasaan minum alkohol, paparan zat beracun, konsumsi obat-obatan secara berlebihan, penyakit autoimun dan infeksi cacing hati. Jika disebabkan oleh virus, maka hepatitis bisa menular kepada orang lain.
Pentingnya Peringatan Hari Hepatitis Sedunia
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan organ hati, Hari Hepatitis Sedunia dirayakan setiap tanggal 28 Juli. Tanggal 28 Juli adalah hari kelahiran Dr. Baruch Blumberg, ilmuwan pemenang hadiah Nobel asal Amerika, yang menemukan virus hepatitis B (HBV), serta mengembangkan vaksin dan tes diagnostik untuk virus HBV.
Dalam peringatan Hari Hepatitis Sedunia 2024, pemerintah ingin meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap virus hepatitis, cara penularannya, upaya pencegahan dan pengobatannya, serta mengajak masyarakat dan semua pihak untuk bersama memerangi hepatitis.
Pencegahan Hepatitis dengan Imunisasi
Imunisasi dilakukan untuk merangsang pembentukan antibodi, yang dapat membantu memerangi virus hepatitis yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya, imunisasi ini dilakukan pada saat masih bayi, namun remaja dan orang dewasa pun bisa mendapatkan vaksin hepatitis, sesuai dosis dan jadwal yang telah ditentukan oleh dokter. Saat ini yang tersedia baru vaksin untuk hepatitis A dan B, sedangkan vaksin untuk hepatitis C belum ada.
1. Vaksin Hepatitis A
Hepatitis A adalah penyakit hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV), dan ditularkan lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi virus HAV. Pemberian vaksin hepatitis A untuk mencegah infeksi virus HAV biasanya dilakukan 2 kali, dengan rentang waktu 6-12 bulan, kepada:
a. Anak balita
Vaksin hepatitis A pertama kali diberikan saat anak berusia 1 tahun, kemudian dosis kedua diberikan 6-12 bulan kemudian.
b. Kelompok orang yang rentan terinfeksi
Orang-orang yang berisiko terinfeksi virus hepatitis A perlu diberikan vaksin hepatitis A. Misalnya, perawat hewan, ilmuwan peneliti dan tenaga kesehatan, penderita HIV, serta penderita penyakit hati kronis.
Pemberian vaksin hepatitis A perlu ditunda jika Anda mengalami sakit parah atau reaksi alergi serius pada pemberian vaksin dosis pertama. Namun, jika sakitnya ringan, seperti batuk pilek tanpa demam, imunisasi masih bisa dilakukan. Sebaiknya, Anda mengkonsultasikan pada dokter terlebih dahulu sebelum mendapatkan imunisasi.
2. Vaksin Hepatitis B
Hepatitis B adalah penyakit hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV), dan ditularkan melalui cairan tubuh penderita, seperti hubungan seksual, transfusi darah atau dari ibu hamil ke janinnya. Pemberian vaksin hepatitis B bertujuan untuk melindungi anak-anak dan orang dewasa dari penyakit hati yang parah, termasuk kanker hati dan sirosis atau jaringan parut pada hati.
Pemberian vaksin hepatitis B dilakukan dalam rangkaian tiga suntikan. Suntikan pertama diberikan dalam waktu 24 jam setelah bayi lahir. Kemudian, dosis kedua akan diberikan 1-2 bulan setelah dosis pertama, dan dosis ketiga diberikan antara usia 6 sampai 18 bulan.
Meski demikian, anak-anak, remaja dan orang dewasa yang belum pernah menerima vaksin sebelumnya masih bisa mendapatkan vaksin hepatitis B. Vaksin hepatitis B juga disarankan untuk orang-orang dengan kondisi berikut ini:
a. Memiliki pasangan yang menderita hepatitis B.
b. Suka berganti-ganti pasangan.
c. Sedang dalam pengobatan penyakit menular seksual.
d. Korban kekerasan seksual.
e. Memiliki kebiasaan berbagi jarum suntik atau alat suntik narkoba.
f. Satu rumah dengan orang yang terinfeksi virus hepatitis B.
g. Perawat atau tenaga kesehatan, yang berisiko terpapar cairan tubuh seperti darah dan lain-lain.
h. Orang yang bepergian ke daerah dengan tingkat infeksi hepatitis B tinggi.
i. Penderita penyakit hati kronis, dialisis penyakit ginjal, infeksi HIV, infeksi hepatitis C, dan diabetes.
Pengobatan Hepatitis
Pengobatan hepatitis harus disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Misalnya, hepatitis A, B dan E akut biasanya tidak membutuhkan pengobatan khusus, karena bisa sembuh dengan sendiri. Kalaupun ada pengobatan, sifatnya lebih untuk meredakan gejala-gejalanya, seperti demam, mual muntah dan sakit perut. Namun, pada hepatitis yang bersifat kronis seperti hepatitis B kronis, C dan D, penderitanya tidak bisa sembuh.
Hati-hati dalam mengkonsumsi obat-obatan untuk hepatitis, karena fungsi organ hati penderita sedang mengalami kerusakan. Berikut adalah beberapa obat yang biasanya diberikan pada penderita hepatitis.
1. Obat Interferon
Obat interferon diberikan melalui suntikan setiap minggu selama 6 bulan untuk menghentikan penyebaran virus, serta mencegah kerusakan pada hati menjadi lebih buruk.
2. Obat Imunosupresan
Pada penderita dengan autoimun, pengobatan hepatitis dilakukan dengan pemberian obat imunosupresan, terutama golongan kortikosteroid, seperti prednisone dan budesonide.
3. Obat Antivirus
Pada hepatitis yang bersifat kronis, seperti hepatitis B dan C, pengobatan biasanya dilakukan dengan pemberian obat antivirus, seperti entecavir, ribavirin, atau tenofovir. Tujuannya untuk menghambat perkembangan virus agar tidak menyebabkan kerusakan hati lebih lanjut.
4. Obat Cacing Hati
Pada penyakit hepatitis yang disebabkan oleh cacing hati, obat yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis cacing hati yang menginfeksi. Misalnya:
a. Praziquantel atau albendazole untuk mengatasi cacing clonorchiasis.
b. Triclablendazole dan possibly nitazoxanide untuk mengatasi cacing fascioliasis.
5. Transplantasi Hati
Transplantasi dilakukan jika kerusakan organ hati sudah sangat parah dan berat, sehingga membutuhkan organ hati yang sehat dari pendonor untuk menggantikan hati yang sudah rusak.
Pencegahan Hepatitis dengan Perilaku Hidup Bersih Sehat
Selain imunisasi, pencegahan hepatitis juga bisa dilakukan dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat, seperti berikut ini:
1. Rutin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan, sehabis buang air dan setelah beraktivitas.
2. Mencuci bersih bahan makanan yang akan dimasak, atau buah dan sayur yang dikonsumsi langsung, serta hindari mengkonsumsi makanan mentah yang tidak jelas sumbernya.
3. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan, terutama sumber air.
4. Mengkonsumsi makanan bergizi, rutin berolahraga, serta beristirahat cukup
5. Menghindari berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti alat cukur, sikat gigi dan jarum suntik.
6. Menghindari konsumsi alkohol dan penggunaan narkoba atau obat-obatan secara berlebihan.
7. Menghindari hubungan seksual yang tidak aman, misalnya berganti-ganti pasangan atau melakukan hubungan seksual tanpa kondom.
Berbagai upaya pencegahan hepatitis ini harus dimulai dari diri sendiri sejak sekarang. Meski demikian, kita tidak bisa melakukannya sendiri. Dibutuhkan kesadaran dan upaya bersama untuk melawan hepatitis, demi menjaga hati diri sendiri dan orang-orang yang dicintai.
Sumber: ayosehat.kemkes.go.id