Ini Saran Akademisi Universitas Pendidikan Mandalika, atas Pembongkaran Paksa Rumah Singgah di RSUD Prov. NTB
![Dokumentasi Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250213122110-882.jpg)
DIAGNOSA -- Akademisi Universitas Pendidikan Mandalika menyarakan kepada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) untuk melakukan pendekatan humanis dan mencarikan solusi yang terbaik atas pembongkaran paksa Rumah Singgah yang dilakukan oleh petugas RSUD Prov. NTB beberapa waktu lalu.
Pihak RSUD Prov. NTB beralasan pembongkaran tersebut dilakukan untuk penataan parkir agar kendaraan pasien dan keluarga dapat diatur secara rapi dan tertata dengan baik.
Dosen Universitas Pendidikan Mandalika, Arif Sofyandi, M.K.M menyatakan bahwa pembongkaran Rumah Singgah tersebut harus dilakukan dengan pendekatan humanis, dibicarakan dengan baik dan tentu harus menjadi solusi terbaik bagi semua pihak yang berkepentingan.
"Pendekatan yang humanis maksudnya, tidak menyisakan luka bagi pihak-pihak tertentu." bebernya,hari ini Rabu,12/02/2024.
Menurut Arif sapaan Arif Sofyandi jika dilakukan secara paksa kekahwatiran nanti akan menimbulkan kecurigaan publik
"Publik menduga bahwa pembongkaran yang dilakukan adalah untuk bisnis parkiran," ujar Arif.
Ia mengatakan, jika memang dilakukan pembongkaran dan ada penghuninya, agar lebih elegan, minimal pihak RSUD Prov. NTB harus menyediakan sarana untuk menampung dan atau gedung baru untuk pasien-pasien yang sementara menjadi penghuni Rumah Singgah tersebut.
"Apalagi misalnya, ada penghuni rumah singgah yang memiliki dan atau mengidap penyakit yang berat. Tentu aktivitas pembongkaran tersebut akan memperparah kondisi psikologisnya dalam menghadapi penyakit." terangnya.
Kata dia, kehadiran Rumah Singgah RSUD Prov. NTB selama ini sudah sangat banyak membantu pasien yang berobat dari berbagai daerah di NTB. Seperti Bima, Dompu, Sumbawa dan lainnya.
Arif menyebutkan, terutama bagi warga masyarakat yang memiliki keterbatasan ekonomi untuk membayar kos atau penginapan selama melakukan pengobatan. Dan ini sangat membantu sekali untuk meringankan beban masyarakat.
"Harus ada solusi terbaik dan kebaikan tersebut harus terus mengalir tiada henti. Artinya, harus ada rumah singgah baru, tentu yang lebih bersih, sehat dan nyaman lagi sebagai upaya untuk memberikan pelayanan terbaik dan meringankan beban masyarakat tidak mampu yang berobat." beber Penulis buku Manajemen Puskesmas dan Rumah Sakit ini.
Ia menjelaskan, Gubernur terpilih Nusa Tenggara Barat, Dr. Lalu Muhammad Iqbal dan para dewan di DPRD Prov. NTB harus memperhatikan khusus, ikut andil dan mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan persoalan ini, agar tidak berlarut-larut dan berdampak pada pelayanan kesehatan masyarakat di RSUP.
"Karena suatu waktu bisa saja terjadi gerakan besar-besaran dari masyarakat yang mungkin kecewa atas kebijakan yang telah diambil. Semoga saja tidak. Tapi kalau terjadi, tentu hal itu dapat merugikan pihak Rumah Sakit." tutupnya.