Home > News

DPR: Permintaan Burger pada Menu MBG Tunjukkan Pentingnya Pendidikan Gizi di Sekolah

Jangan biarkan makanan bergizi kalah oleh makanan bergengsi.
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetiyani 
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetiyani

DIAGNOSA -- Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Netty Prasetiyani mengatakan permintaan seorang siswa kepada Presiden Prabowo Subianto agar burger dijadikan menu Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menunjukkan pentingnya melakukan edukasi gizi yang lebih masif dan komprehensif di lingkungan sekolah dan keluarga.

“Permintaan itu jangan dilihat sebagai hal remeh atau lucu semata. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan pemahaman tentang apa yang dimaksud dengan makanan bergizi, terutama di kalangan anak-anak,” ujar Netty dalam keterangan tertulisnya, Senin (04/08).

Menurut Netty, MBG merupakan program strategis pemerintah dalam membangun generasi sehat dan produktif, sehingga menu yang disajikan harus berdasarkan standar gizi seimbang, bukan mengikuti tren makanan cwpat saji yang disukai anak-anak.

“Program MBG adalah investasi jangka panjang untuk memperbaiki kualitas SDM. Maka menu yang disajikan harus tinggi kandungan protein, serat, dan zat gizi mikro yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan. Bukan makanan tinggi lemak, gula, dan garam seperti burger,” jelasnya.

Politisi PKS ini juga menekankan pentingnya penguatan pendidikan gizi di sekolah.

“Edukasi sejak dini akan membentuk pola pikir dan kebiasaan makan yang sehat. Anak-anak harus tahu mengapa mereka butuh sayur, buah, protein hewani dan nabati, bukan sekadar makan enak dan viral di media sosial,” imbuh Netty.

Selain pendidikan gizi, Netty juga mendorong peran aktif guru dan orang tua dalam mengarahkan pemahaman anak terkait makanan sehat.

“Guru, orang tua, dan media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi anak tentang makanan. Jangan biarkan makanan bergizi kalah oleh makanan bergengsi,” tegasnya.

“Program ini jangan sampai berubah makna menjadi sekadar makan gratis. Kita harus pastikan bahwa program ini menjadi alat transformasi kebiasaan makan anak-anak Indonesia menuju pola makan sehat dan cerdas,” pungkasnya.

× Image