Peran Ibu dalam Mencegah Stunting
DIAGNOSA -- Stunting merupakan permasalahan gizi kronis pada anak di Indonesia, yang bisa berdampak buruk pada kesehatan anak dalam jangka waktu lama. Faktor penyebabnya adalah kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu lama, paparan infeksi yang berulang, serta kurangnya stimulasi.
Pemerintah Indonesia menargetkan penurunan angka stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024 dengan melakukan berbagai upaya, termasuk mendorong peran ibu dalam mencegah stunting.
Ciri-ciri Anak Stunting
Anak dikatakan mengalami stunting, jika pertumbuhan tinggi dan berat badan serta lingkar kepalanya tidak sesuai dengan grafik pertumbuhan standar, atau dua standar lebih di bawah batas Standar Pertumbuhan Anak yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).
Berikut adalah ciri-ciri anak yang mengalami stunting:
1. Secara sekilas proporsi tubuh cenderung tampak normal, tetapi anak tampak lebih kecil untuk usianya.
2. Berbadan lebih pendek dari anak seusianya.
3. Memiliki berat badan lebih rendah untuk anak seusianya.
4. Pertumbuhan tulang tertunda.
Upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk menangani dan mengurangi risiko stunting pada anak-anak kita.
10 Langkah Penanganan Stunting
Saat lahir, bayi normalnya memiliki berat badan di atas 2.5 kg dengan panjang badan di atas 47 cm. Waspadai jika bayi baru lahir tidak mencapai berat dan tinggi badan normal, karena sangat rawan terkena gejala stunting.
Peran ibu dalam mencegah stunting, sebagai Kartini masa depan, bukan dimulai ketika anak dilahirkan, melainkan jauh sebelumnya. Lakukan 10 langkah pencegahan stunting ini untuk menjaga buah hati kita dari risiko stunting.
1. Perbaiki sebelum Anak Berusia 2 tahun
Pencegahan stunting dilakukan sejak masa 1000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak awal pembuahan, kehamilan, sampai anak berusia 2 tahun. Selama kehamilan ibu bisa melakukan hal-hal berikut ini untuk mengurangi risiko kekurangan gizi bagi ibu hamil dan janin yang dikandung.
a. Rutin Melakukan Pemeriksaan
Lakukan pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan minimal 6 kali, dengan minimal 2 kali pemeriksaan oleh dokter atau bidan pada trimester 1 dan 3. Tujuannya untuk memastikan kesehatan ibu hamil dan memantau pertumbuhan janin dalam kandungan. Jika ditemukan adanya kelainan atau gangguan dalam pertumbuhan, ibu hamil bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin yang tepat.
b. Minum Tablet Tambah Darah (TTD)
Ibu harus mengkonsumsi TTD setiap hari selama kehamilan, minimal 90 tablet. Pastikan kandungan TTD sedikitnya berisi 60 mg zat besi dan 400 microgram asam folat. Tujuannya untuk mengurangi risiko kekurangan zat gizi pada ibu hamil dan janin dalam kandungan.
c. Mengikuti Konseling
Konseling membantu ibu hamil mengatasi gejolak emosi dan psikologis yang dirasakan selama kehamilan. Ibu hamil juga perlu mengikuti kelas ibu hamil untuk mendapatkan perawatan kehamilan, yang bisa membantu Ibu memastikan tumbuh kembang janin yang sehat.
2. Berikan Air Susu Ibu (ASI)
Air susu ibu (ASI) memiliki semua kandungan gizi, makronutrien dan mikronutrien, yang dibutuhkan bayi untuk tumbuh kembang secara optimal. Ibu harus memberikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah persalinan dan skin-to-skin contact minimal selama 1 jam.
Kemudian berikan ASI secara eksklusif hingga bayi berusia 6 bulan dan meneruskannya hingga usia 2 tahun.
3. Posisi Menyusui
Saat menyusui pastikan posisi ibu tepat, karena bisa mengoptimalkan pemberian ASI dan menghindari puting lecet. Perbaiki posisi menyusui dengan memastikan kepala dan mulut bayi melekat pas pada payudara.
4. Protein Hewani pada MPASI
Saat bayi berusia 6 bulan, Ibu perlu melengkapi nutrisi dari ASI dengan makanan pendamping ASI (MPASI). Makanan yang diberikan harus mengandung gizi seimbang dan lengkap, terutama protein hewani. Berikan cukup protein hewani sedini mungkin, seperti ikan, telur, susu, daging ayam dan daging sapi, untuk mendukung tumbuh kembang optimalnya.
5. Rutin Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah melindungi anak dari berbagai penyakit, karena kekebalan tubuhnya masih lemah. Pastikan si kecil mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal. Anak yang sakit-sakitan lebih rentan terkena stunting. karena gizi dan energinya lebih banyak digunakan untuk pemulihan daripada pertumbuhan.
6. Rutin Memantau Tumbuh Kembang Anak
Bawa anak secara berkala ke posyandu atau fasilitas kesehatan untuk memantau status gizinya, sehingga jika mengalami hambatan atau gagal pertumbuhan, anak bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat.
7. Menjaga Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Peran keluarga juga penting dalam mengurangi risiko stunting dengan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat. Jagalah kebersihan rumah dan lingkungan, serta biasakan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah makan. Lingkungan yang kotor bisa menyebabkan anak mudah terkena penyakit, seperti diare, yang dapat menyebabkan anak kekurangan gizi, sehingga rentan terhadap stunting.
8. Memakai Jamban Sehat
Sanitasi yang buruk bisa menimbulkan berbagai gangguan kesehatan dan penyakit, seperti cacingan. Anak yang cacingan mudah mengalami kekurangan gizi, karena makanan yang masuk akan diserap oleh cacing-cacing dalam tubuh, sehingga lama kelamaan rentan terhadap stunting. Oleh karenanya, pastikan jamban di rumah memenuhi syarat kesehatan agar tidak mencemari lingkungan, termasuk sumber air minum.
9. Tangani Gangguan Kesehatan Anak
Konsultasikan ke dokter dan segera atasi jika anak mengalami gangguan kesehatan, seperti gangguan pencernaan. Ketika anak tidak mampu menyerap nutrisi dari makanan karena pencernaannya bermasalah, resikonya terkena stunting menjadi lebih tinggi.
10. Tingkatkan Wawasan Kesehatan
Orang tua harus banyak belajar dan memperkaya ilmu dan wawasan tentang kesehatan dan tumbuh kembang anak, sumber makanan dan minuman bergizi, serta cara-cara mencegah stunting.
Stimulasi Pertumbuhan
Selain langkah-langkah di atas, anak juga membutuhkan stimulasi atau rangsangan, bahkan sejak masih dalam kandungan. Stimulasi harus dilakukan setiap hari sejak awal kehamilan untuk merangsang organ-organ tubuh, serta kelima inderanya (penglihatan, pendengaran, sentuhan, pembauan dan pengecapan.
Setelah lahir, anak harus terus diberikan stimulasi sesuai tahapan usia dan tumbuh kembangnya. Apalagi usia 0-3 tahun merupakan masa keemasan dalam tahap tumbuh kembang si kecil, sehingga kekurangan stimulasi bisa berdampak pada kelainan atau penyimpangan dalam pertumbuhan.
Pada masa ini anak cepat menyerap berbagai informasi dan rangsangan yang mereka lihat, dengar, rasakan, cium atau sentuh. Stimulasi yang tepat dibutuhkan untuk mengoptimalkan tumbuh kembangnya, termasuk gerak motorik kasar dan halus, komunikasi dan emosi.
Mengingat pentingnya masa ini, peran ibu saja dalam mencegah stunting tidak cukup. Dibutuhkan dukungan seluruh anggota keluarga hingga masyarakat, untuk membantu mengurangi risiko stunting pada anak-anak Indonesia demi mewujudkan Generasi Emas 2045.
Gambar: ayosehat.kemkes