Home > News

Poli Rehabilitasi Medik menjadi layanan yang ramai dikunjungi pasien di Klinik Kesehatan Haji Indone

Ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menuntut aktivitas bergerak dan berjalan kaki secara terus menerus
Tim Rehabilitasi Medis KKHI Makkah dipimpin oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (SpKFR), yakni DR. dr. Siti Chandra Widjanantie SpKFR-K di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
Tim Rehabilitasi Medis KKHI Makkah dipimpin oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (SpKFR), yakni DR. dr. Siti Chandra Widjanantie SpKFR-K di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.

DIAGNOSA -- Poli Rehabilitasi Medik menjadi layanan yang ramai dikunjungi pasien di antara berbagai layanan kesehatan di Lantai M Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Rehabilitasi Medis merupakan cabang ilmu kedokteran yang fokus pada pemulihan fungsi tubuh dan optimalisasi kemampuan hidup sehari-hari.

Tim Rehabilitasi Medis KKHI Makkah dipimpin oleh dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi (SpKFR), yakni DR. dr. Siti Chandra Widjanantie SpKFR-K. Dia dibantu oleh 2 orang fisioterapis untuk mengoptimalkan fungsional dan aktivitas pasien, baik secara mandiri maupun dengan bantuan alat bantu.

Menurut DR. dr. Siti Chandra Widjanantie SpKFR-K, ibadah haji merupakan ibadah fisik yang menuntut aktivitas bergerak dan berjalan kaki secara terus menerus. Hal ini membutuhkan ketahanan sistem fungsi kardiorespirasi dan neuromuskuloskeletal yang optimal agar jemaah mampu menjalaninya dengan kemampuan istitha’ah yang maksimal.

Pada jemaah lansia, kondisi tubuh mudah terpengaruh oleh suhu cuaca yang ekstrem panas dan adaptasi terhadap aktivitas yang menuntut gerak cepat. Hal ini meningkatkan risiko jatuh, yang dapat mengakibatkan terkilir, cedera otot (muscle sprain), cedera pergelangan kaki, bahkan patah tulang pergelangan tangan, pinggul, paha atau kaki pada jemaah lansia. Kondisi ini mengakibatkan angka kesakitan, meningkatnya ketergantungan, serta risiko disabilitas.

Cuaca ekstrem juga berpotensi membuat jemaah mengalami yang menyebabkan disorientasi/delirium, mengganggu sistem pernapasan, mengiritasi saluran pernapasan bagian atas, dan meningkatkan risiko radang tenggorokan akibat udara panas, debu, dan kurangnya hidrasi pada lapisan pelembab saluran pernapasan atas.

Lebih lanjut, dr. Chandra menjelaskan, gangguan pernapasan dapat memperburuk kondisi jemaah yang sebelumnya memiliki penyakit asma terkontrol atau penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) terkontrol. Hal ini dapat memicu sesak napas yang memberat, penurunan kadar oksigen (desaturasi), dan bahkan membutuhkan perawatan inap dengan antibiotik dan suplementasi oksigen karena jemaah tidak mampu bergerak tanpa mengalami sesak napas. Kelelahan pada sistem jantung juga dapat memperberat kondisi jemaah yang sebelumnya memiliki gangguan jantung, meskipun terkontrol dengan obat.

Kasus terbanyak yang ditangani oleh tim Rehabilitasi Medis adalah kasus muskuloskeletal (ortopedi, bedah, cedera, nyeri sendi). Penanganan dengan memberikan berbagai latihan, seperti stretching, penguatan, ketahanan, dan proteksi sendi, untuk membantu pemulihan pasien.

Modalitas terapi yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan pasien, mulai dari superficial heating therapy hingga low level laser therapy. Untuk kasus rawat inap, fokus terapi adalah mobilisasi pasien dan rehabilitasi kardiorespirasi, termasuk optimalisasi pengeluaran dahak, latihan batuk, latihan duduk, dan latihan berjalan sesuai toleransi dan kemampuan jemaah.

“Dengan optimalisasi aktivitas dan ketahanan serta kemampuan mobilisasi pasien, tim rehabilitas medis dapat membantu KKHI dalam mendampingi Duyufurrahman (tamu Allah SWT) menjalani rangkaian ibadah dengan istitha’ah seoptimal mungkin menuju Haji yang Mabrur,” ujar dr. Chandra.

× Image