Empat Mahasiswa UMS Menciptakan Biofilter Penyaring Nikotin dan Tar untuk Rehabilitasi Pecandu Rokok

DIAGNOSA -- Dengan cermat, Hana Rahmawati, mahasiswi Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), memasang biofilter berukuran nano ke salah satu bagian cerutu kayu miliknya. Ia lalu menggabungkan dua bagian cerutu tersebut, memutarnya, hingga siap digunakan.
Cerutu lazimnya berbentuk silinder utuh. Ujung dengan lubang yang lebih besar digunakan untuk menaruh rokok. Sementara ujung lainnya yang lebih kecil digunakan untuk menyesap batang rokok.
Namun, cerutu yang Hana gunakan boleh dibilang spesial. Cerutu tersebut terdiri dari dua silinder. Untuk melepasnya, pengguna harus memutar bagian cerutu seperti memutar penutup botol air mineral. “Ini kami custom,” kata Hana Rahmawati sambil menunjukkan cerutu tersebut di Fakultas Kedokteran, UMS, pertengahan Juni lalu.
Di bagian tengah, terdapat silinder kecil untuk menaruh filter rokok khusus yang terbuat dari daun nanas. “Kalau filter biasa tidak ada tempat untuk menaruh filter ini,” terus Hana.
Filter yang dipasangkan itu merupakan karya Hana dan timnya, yakni Mira Shofiah dari Farmasi UMS, serta Muhammad Daffa Qory Maulana dan Muhammad Thoriq Azwar dari Kedokteran UMS. Filter tersebut berfungsi untuk menyaring nikotin dan timbal pada rokok.
Muhammad Daffa Qory Maulana, anggota tim, mengatakan dalam Survei Kesehatan Indonesia 2023, jumlah perokok aktif di Indonesia mencapai 70 juta orang atau 56,5 persen. Tingginya zat adiktif dalam rokok membuat perokok kecanduan. “Dari ribuan zat berbahaya dalam rokok, nikotin adalah zat yang memberikan efek kecanduan,” kata Daffa.
Tak hanya zat adiktif, rokok juga mengandung banyak logam berat. Salah satunya timbal yang bersifat karsinogenik dan mudah terakumulasi dalam tubuh manusia. Paparan logam berat dan nikotin menjadi penyebab utama meningkatnya kasus stroke dan serangan jantung di Indonesia.
Mereka pun tergerak untuk membuat inovasi biofilter bernama Chitopine yang mampu menyaring nikotin dan tar pada rokok. Filter tersebut akan bermanfaat untuk para pecandu rokok yang sedang menjalani terapi untuk mengatasi kecanduan.
Menyaring Tar dan Nikotin
Terdapat tiga bahan untuk membuat biofilter Chitopine, yakni daun nanas, beta-kitosan tulang cumi-cumi, dan charcoal atau arang. Daun nanas mengandung selulosa asetat sebanyak 69,5-71,5 persen. Beta-kitosan tulang cumi-cumi dapat menyerap 30-40 persen timbal. Sedangkan arang mampu menyerap 33 persen nikotin.
Daun nanas selama ini hanya menjadi limbah produksi. Hana dan timnya mencoba mengolah kembali daun nanas untuk menjadi bahan filter rokok. Caranya dengan menggandeng petani nanas dan membeli sisa daun nanas yang tidak dimanfaatkan.
Beta-kitosan dari tulang cumi-cumi mereka dapatkan dengan membeli dari salah satu laboratorium di Kota Solo. Lantaran keterbatasan waktu dan biaya. Sementara arang sangat mudah ditemukan di warung Madura.
Daun nanas dipotong kecil-kecil dan dicampurkan senyawa hipoklorit untuk mengubah warna daun menjadi putih. Campuran tersebut kemudian dipanaskan dalam oven. Tahap berikutnya adalah menetralisir kandungan asam pada campuran daun nanas.
Campuran itu kemudian dikeringkan. “Bentuknya masih agak besar, kemudian kami haluskan,” ujar Hana. Mereka lalu menambahkan beta-kitosan tulang cumi-cumi dengan cara dilarutkan bersama campuran daun nanas tadi. Campuran tersebut kemudian dicetak menjadi spons kecil.
Satu buah biofilter Chitopine terdiri dari tiga bagian. Lapisan atas dan bawah merupakan campuran daun nanas dan beta-kitosan tulang cumi-cumi. Sementara di bagian tengah merupakan charcoal atau arang.
Biofilter Chitopine kemudian menjalani serangkaian uji dengan tiga kali pengulangan. Ada dua tahapan, yakni uji kromatografi gas dan uji spektrofotometri serapan atom. Hasilnya, biofilter daun nanas mampu mengurangi nikotin 16-26 persen dan dapat mengurangi logam timbal sebesar 18-47 persen.
Meskipun hasil uji telah keluar, sejumlah tantangan masih harus dihadapi. Salah satunya adalah memastikan para perokok mendapatkan pengalaman yang sama seperti merokok tanpa menggunakan filter.
“Misalkan perokok memakai filter ini, serasa enggak pakai filter. Tapi efek negatif rokoknya sudah berkurang. Secara tidak langsung orang itu sudah lepas, nih, dari nikotin,” ujar Daffa.
Jawara di Pulau Dewata
Kuartet mahasiswa rumpun kesehatan UMS ini sempat nggondok manakala nyaris mengikuti perlombaan di Negeri Sakura, Jepang. “Biayanya relatif besar, belum lagi ngurus visanya,” keluh Thoriq.
Mereka pun melirik lomba internasional lain yang digelar di Bali, yaitu International Science Technology and Engineering Competition (ISTEC). Usaha empat kali mengirimkan abstrak rupanya membuahkan hasil. Mereka berhasil menjadi satu dari 125 peserta yang lolos ke grand final dan berkesempatan memboyong filter daun nanas ke Bali. “Sempat hopeless awalnya,” kata Hana.
Di hadapan juri dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan peneliti asal Malaysia, mereka mempresentasikan hasil kerja keras selama empat bulan itu. Chitopine mendapat atensi khusus dari para juri.
Mereka menitikberatkan pada proses uji yang harus lebih variatif. Misalnya lewat pengujian berbagai jenis rokok di pasaran.
“Dari pihak BRIN mengusulkan kalau filter ini dibuat hasil perbandingan antara rokok kretek dengan rokok filter. Karena kan kadar nikotin pada setiap rokok itu berbeda, ya,” kata Daffa.
Di hari terakhir perlombaan, Minggu, 11 Mei 2025, senyum mereka pun merekah. Chitopine berhasil keluar sebagai jawara di Pulau Dewata. Mereka sukses menyabet medali emas untuk kategori technical engineering.
Capaian tersebut menjadi batu loncatan mereka untuk mengejar prestasi lainnya di mancanegara. Hana dan timnya menargetkan sejumlah lomba internasional lain. Tentunya dengan pembaruan dan masukan dari lomba ISTEC 2025.
Mereka berharap filter rokok tersebut dapat masuk ke industri kesehatan, terutama untuk terapi pecandu rokok. “Kita lebih ke pasien perokok aktif yang ingin berhenti merokok. Kami tidak ingin gara-gara filter ini dia terus-menerus merokok,” harap Daffa.
Sumber: www.ums.ac.id