Penelitian Baru Sindrom Kematian Mendadak Bayi: Ada Infeksi Virus pada Otak
DIAGNOSA -- Infeksi dan peradangan otak bisa menjelaskan beberapa kasus sindrom kematian mendadak bayi (SIDS). Sebuah penelitian baru menunjukkan ada virus tertentu, yang disebut human parechovirus 3 (HPeV3) yang berpotensi menyebabkan kematian satu anak dalam penelitian tersebut.
HPeV3 diketahui menyebabkan infeksi pernafasan ringan dan infeksi sistem saraf yang parah. Saat ini, virus tersebut belum bisa dipastikan secara jelas sebagai penyebab kematian anak. Namun penelitian baru menyoroti gagasan bahwa beberapa kasus SIDS mungkin berasal dari infeksi virus dan gagasan itu memerlukan penyelidikan lebih lanjut.
“Temuan kami menunjukkan bukti konsep bahwa infeksi yang tidak terdeteksi dapat berkontribusi terhadap risiko SIDS dan peningkatan pengawasan khususnya terhadap HPeV3 mungkin diperlukan,” kata rekan penulis penelitian baru, Ben Okaty, ahli genetika di Harvard Medical School kepada Live Science melalui email.
Para peneliti telah melaporkan temuan mereka pada Senin, 29 Januari 2024 di jurnal JAMA Neurology. “Kemungkinan besar ada kasus serupa lainnya, khususnya yang melibatkan virus HPeV3," kata Dr Avindra Nath, direktur klinis Institut Nasional Gangguan Neurologis dan Stroke. Nath yang tidak terlibat dalam penelitian itu menyarankan agar pasien diselidiki lebih dalam untuk memastikan kemungkinan tersebut.
SIDS adalah kematian mendadak anak di bawah usia 1 tahun yang belum bisa dijelaskan dengan pasti, bahkan setelah dilakukan penyelidikan postmortem secara menyeluruh. Penyebab SIDS diperkirakan bervariasi dari satu kasus ke kasus lainnya, namun seringkali kematian terjadi saat tidur.
Tingkat SIDS menurun drastis pada tahun 1990an di Amerika Serikat (AS) setelah sosialisasi kesadaran masyarakat yang dipimpin pemerintah mengenai praktik tidur yang aman untuk bayi. Namun sejak saat itu, tingkat kasus SIDS tetap stabil, menunjukkan faktor lain selain tidur juga berperan dalam kasus itu.
Para ilmuwan telah menunjukkan perbedaan potensial dalam genetika, fungsi sistem saraf, dan aktivitas enzim anak-anak yang meninggal karena SIDS, dibandingkan mereka yang meninggal karena sebab yang diketahui. Begitu juga jika dibandingkan dengan mereka yang bertahan hidup saat masih bayi.
Beberapa penelitian juga menunjukkan peradangan saraf, yang artinya peradangan di otak atau sumsum tulang belakang yang berpotensi terlibat dalam beberapa kasus SIDS.
Jalannya Penelitian dan Hasilnya
Untuk menyelidiki lebih lanjut peradangan pada SIDS, penulis penelitian mengamati sampel klinis dari 64 anak yang meninggal karena SIDS dan 20 anak yang meninggal karena sebab yang diketahui. Para peneliti menyaring cairan bening yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang untuk mencari tanda-tanda aktivasi sistem kekebalan dan peradangan.
Senyawa yang disebut neopterin, yang diproduksi oleh sel-sel kekebalan saat mereka merespons infeksi, adalah salah satu tanda peradangan. Penyakit tersebut bisa dideteksi di berbagai cairan tubuh, tetapi tidak menunjuk pada patogen tertentu, hanya pada aktivasi kekebalan tubuh secara umum.
Enam dari anak-anak penderita SIDS memiliki kadar neopterin yang tinggi dalam sampel mereka. Hal itu menunjukkan bahwa sistem saraf mereka mengalami peradangan.
Untuk menyelidiki penyebab peradangan ini, para peneliti menggunakan teknik yang disebut sequencing metagenomik generasi berikutnya. “Jenis pemeriksaan ini tidak dilakukan pada otopsi biasa,” kata rekan penulis penelitian, Dr Prashanth Ramachandran. Dia adalah asisten profesor neurologi di Universitas California, San Francisco.