Home > Opini

Hidup Lagi Berat-Beratnya dan Membangun Kesehatan Jiwa

Ditulis Oleh: dr. Herbet Sidabutar Sp.KJ
Ilustrasi. Menangis ketika depresi.
Ilustrasi. Menangis ketika depresi.

Hidup lagi berat-berat nya dik.. potongan uang harian makin masif.. yakin masih mau jadi PNS

DIAGNOSA -- Kalimat diatas terucap dari seorang senior ketika menghadapi tiga orang adik CPNS dengan seragam putih hitam, yang masih imut-imut dan “mungkin” masih polos. Pernyataan “hidup lagi berat-berat nya” ini menggeletik di pikiran saya.. kapan kah hidup terasa ringan? Atau malah pertanyaan, apakah yang disebut hidup?

Hidup terasa berat, mending udahan aja

Pada suatu hari yang cerah, saya mendapatkan pesan singkat dari dokter klinik Kemenkes.. isi nya menyampaikan ada rekan yang berfikiran hendak mengakhiri hidup. Setelah melalukan anamnesis singkat terungkap bahwa rekan ini mengalami masalah-masalah hidup yang datang seperti badai. Badai “lokal” ini dikatakan menghancurkan semangat nya untuk tetap melangkah dan mungkin, “early check out” dibayangkan sebagai jalan singkat terbaik, karena tidak ada lagi (menurutnya) alternatif jalan keluar lainnya. Apakah memang demikian?

Saya terlibat pinjol, gak ngerti saya, seperti di hipnotis... tiba-tiba aja saya unduh beberapa aplikasi pinjol dan begitu sadar..saya sudah mempunyai hutang puluhan juta, saya gak bisa mikir lagi pak... saya mending mat* aja kalau begini. Demikian ujar dua orang teman saya yang lain, keduanya sudah berkeluarga dan sedang berada di dalam Badai yang dirasa sangat menyesakkan dada.

Early Check Out

Suatu pikiran jalan pintas, mungkin timbul ketika kita berada didalam kekalutan pikiran dan ini merupakan suatu reaksi yang bisa terjadi kepada siapa saja. Masalah-masalah didalam hidup yang dirasakan datang terus menerus (bisa kita sebutkan sebagai stres) akan menimbulkan beban berlebihan di jaringan otak, terutama di otak yang telah dibajak oleh perasaan tidak berdaya dan fisik yang juga telah mengalami kekurangan istirahat.

Jadi, apakah keputusan “early check out” ini dapat dibenarkan? Atau sah dilakukan?. Berjuta suara dengan vokal akan mengatakan TIDAK. Itu dosa, neraka jahanam balasan nya dan seterusnya dan seterusnya. Lah.. terus apa donk yang harus saya lakukan?

Kesehatan Mental

Kesehatan Mental atau Kesehatan Jiwa juga kerap menjadi jargon yang membuat orang bingung. Saya dah sehat koq.. lingkar pinggang saya ideal, gaji saya sudah besar terus apa iya masih ada yang kurang?. FYI aja ya.. ke tiga kasus diatas punya karakteristik BMI ideal dan pemasukan suami istri diatas 2 digit. Jadi apa donk yang kurang?

Undang-Undang No. 17 tahun 2023 tentang Kesehatan dengan lugas menuliskan bahwa kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Beuh... panjang amat? Singkat nya donk ????

Singkatnya ada dalam baik lagu Indonesia Raya yang sering hanya kita dengarkan setiap jam 10 WIB di speaker kantor yang lamat-lamat terdengar, “bangunlah jiwanya, bangunlah badannya...” jadi bangun jiwanya dulu ya sebelum bangun badan nya?.... ya iyalaaaaahhh ???? lah tapi kan.. kalau badan kita tau lah cara membangunnya? Olah raga teratur 30 menit sehari, jauhi asap rokok dll pokok nya CERDIK lah...

Terus.. gimana membangun Jiwa nya?...

Memang, Jiwa ada dimana dik?

Pertanyaan ini saya lontarkan ke sekitar 200 Mahasiswa Universitas Swasta di bilangan Rasuna Said Jakarta selatan , senin yang lalu. Apakah teman-teman tau jawab nya? . jiwa itu adalah gaib pak, dia roh pak ..jawab adik adik ini sambil tersenyum-senyum. Kalau begini minset (gaya tukul..) nya anak muda.. gimana kita mau membangun jiwa? Membangun sesuatu yang gaib? Membangun Roh?

Bantulah saya adik adik. Saya seorang dokter jiwa. Berarti saya dokternya gaib? Dokternya roh? .. ruangan pun seakan meledak oleh tawa generasi Z ini.

Jiwa itu ada di otak adik adik.. kata saya sambil menunjuk ke kepala saya. Mereka terdiam

Membangun Kesehatan Jiwa

Membangun kesehatan jiwa merupakan rangkaian yang tidak terputuskan dari kesehatan yang paripurna. Otak tidak dapat bekerja baik dalam suasana tubuh yang tidak sehat. Otak tidak dapat bekerja baik dalam suasana spiritual yang tidak sehat.

Pikiran, Perasaan dan kehendak merupakan kompleks yang diamati (di observasi) dalam menggambarkan suatu kondisi klinis sebelum meneggakan suatu diagnosis gangguan jiwa. Pikiran yang melompat ke masa depan akan memicu perasaan cemas dan menampilkan tanda dan gejala “Fight or Flight”. Pikiran yang menggali ke masa lalu akan memicu perasaan tertekan / “depressed” yang akan menampilkan gambaran melankolia. Jadi semua perilaku yang kita tunjukkan di dahului oleh Pikiran.

Siapa yang dapat menguasai pikirannya akan dapat menguasai mood (perasaan) nya yang akhir akan dapat mengasai perilakunya. (The cognitive triangle). Makanya..”mikir” demikian slogan komedian terkenal di tanah air.

Ketika Pikiran Tidak Dapat Dikendalikan

Sejatinya, manusia yang tercerahkan, dapat mengadalikan pikirannya sehingga dapat menjalankan amanah UU 17 tahun 2023 tentang kesehatan yaitu menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya. Akan tetapi ketika otak sudah tidak lagi mendengar instruksi akibat terganggu secara masif neurotransmitter nya, memerlukan asupan dari luar dalam bentuk obat-obat psikofarmaka yang diresepkan oleh dokter. Untuk ini akan dibahas dalam tulisan yang lain.

Akan tetapi,apakah tidak lebih baik mencegah dari mengobati? Bagaimana melatih pengendalian pikiran ? apakah bisa?. Jawab nya sangat bisa. Kunci nya adalah kesadaran / Awareness. Ini mantra nya : Ing kene, ngene, saiki, aku gelem. Latihan yang paling mudah adalah dengan metode menerapkan metode 5-4-3-2-1. Duduk lah dengan keadaan santai, bernafaslah secara alamiah, kemudian amati 5 objek, dengarkan dan amati 4 suara yang berbeda, Sentuh 3 objek. Amati tekstur, suhu, serta fungsinya, identifikasi dan amati 2 bau yang berbeda dan sebutkan 1 hal yang bisa Anda cicipi dan amati rasanya. Latihan meditasi menjadi latihan berikutnya yang mungkin dapat anda pertimbangkan. Pilihlah metode yang sesuai dengan keyakinan anda masing-masing.

Berada didalam sebuah ruangan yang gelap, kita lebih baik memilih memiliki senter dari pada sebuah pedang. Karena dengan cahaya kita dapat melihat bahwa benda yang kita hadapi adalah seutas tali dan bukan seekor ular. Sehingga kita tidak membabat kiri dan kanan yang mungkin pada akhirnya akan mencelakakan diri kita sendiri. Kesadaran / Awareness kita adalah sistem yang “Always on” ditubuh kita. Raihlah pencerahan (gain Clarity) diatas rasa yakin (feeling confident).

× Image