Petugas Kesehatan Tetap Pantau Jemaah Haji yang Masih di Rawat RS Arab Saudi

DIAGNOSA -- Operasional Klinik Kesehatan Haji Indonesia Daerah Kerja (KKHI Daker) Makkah berakhir pada Rabu, pukul 00.00 WAS 2/7/2025. Sejak kedatangan jemaah haji gelombang 2 di Makkah, Arab Saudi, pada tanggal 18 Mei 2025, KKHI Makkah telah melayani 526 jemaah, baik yang menjalani rawat jalan maupun rawat inap.
Sementara itu, pelayanan kesehatan kloter telah melayani rawat jalan sebanyak 193.186 jemaah dan memberikan pelayanan tingkat lanjut dengan merujuk 1.164 jemaah ke Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS).
“Mengikuti kebijakan pemerintah Arab Saudi tahun ini, KKHI lebih mengoptimalkan layanan visitasi ke sektor, penguatan layanan di kloter dengan menugaskan personel ke hotel yang tidak ada petugas kloternya, serta layanan rujukan ke RS Arab Saudi (RSAS) bagi jemaah yang memerlukan tindakan perawatan lanjutan seperti operasi, gawat darurat, dan sebagainya,” ungkap dr. Edi Supriyatna, MKK, Kepala Seksi (Kasie) Kesehatan PPIH Arab Saudi merangkap Kepala KKHI Makkah.
“Sudah tidak ada pasien di KKHI Makkah, semua sudah dievakuasi ke KKHI Madinah,” jelasnya.
Hingga tanggal 1 Juli 2025, masih ada 40 jemaah yang dirawat di RSAS.
Meskipun telah berhenti beroperasi, KKHI Makkah menyiapkan 17 orang tim advance yang akan tetap menjalankan program visitasi bagi jemaah haji yang hingga saat ini masih dirawat di RSAS.
“Visitasi ke RSAS akan terus dilakukan. Kita monitor jemaah yang masih dirawat sampai semua petugas kembali ke tanah air,” beber dr. Edi.
Menurutnya, semua jemaah haji yang hingga saat ini dirawat di RSAS tetap menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia hingga mereka dapat kembali ke Tanah Air.
Untuk pelayanan rawat jalan di kloter, diagnosis penyakit didominasi oleh ISPA. Sedangkan untuk rawat inap, baik di pelayanan kesehatan sektor, KKHI, maupun RSAS, penyakit terbanyak adalah influenza dan pneumonia.
“Kami berharap pemerintah Arab Saudi bisa mengakomodasi dan mempermudah pelayanan kesehatan jemaah di penginapan dan klinik negara penyelenggara ibadah haji, sehingga bisa tertangani dulu secara maksimal sebelum dirujuk ke RSAS,” ucap dr. Edi.