Satu dari 12 Wanita akan Mengalami Kanker Payudara di Negara IPM Tinggi
Tembakau, alkohol, dan obesitas merupakan faktor kunci di balik meningkatnya kejadian kanker. Sementara polusi udara masih menjadi faktor utama penyebab dari risiko lingkungan.
Dalam hal beban absolut, negara-negara dengan IPM tinggi diperkirakan mengalami peningkatan tambahan 4,8 juta kasus baru pada tahun 2050, dibandingkan perkiraan tahun 2022. Namun peningkatan kasus paling mencolok terjadi di negara dengan IPM rendah, sebesar 142 persen, dan di negara dengan IPM sedang 99 persen. Angka kematian akibat kanker di negara IPM rendah dan sedang juga diperkirakan meningkat hampir dua kali lipat pada tahun 2050.
“Dampak peningkatan ini tidak akan dirasakan secara merata di negara-negara dengan tingkat IPM yang berbeda-beda. Mereka yang memiliki sumber daya paling sedikit untuk mengelola beban kanker mereka akan menanggung beban terberat akibat kanker global,” kata Dr Freddie Bray, Kepala Cabang Pengawasan Kanker di IARC.
“Meskipun kemajuan telah dicapai dalam deteksi dini kanker dan pengobatan serta perawatan pasien kanker, kesenjangan yang signifikan dalam hasil pengobatan kanker tidak hanya terjadi antara wilayah berpenghasilan tinggi dan rendah di dunia, tetapi juga antar negara," kata dia.
Tempat tinggal seseorang tidak menentukan apakah ia bertahan atau tidak. Ada alat yang memungkinkan pemerintah memprioritaskan perawatan kanker, dan memastikan setiap orang mempunyai akses terhadap layanan yang terjangkau dan berkualitas. "Ini bukan hanya masalah sumber daya, tetapi masalah kemauan politik,” kata Ketua Union for International Cancer Control (UICC), Dr Cary Adams. Sumber: WHO